Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) membuat terobosan dalam pengukuran curah hujan. Alat yang dinamakan dengan Stasiun Pengukuran Curah Hujan ini mampu mencatat curah hujan, dan dalam hitungan menit bisa langsung diakses melalui internet sehingga potensi banjir bisa dideteksi sejak dini.
"Kami mulai penelitian sejak 2007. Sensor jadi duluan, baru tahun lalu interface-nya jadi. Kami prihatin karena yang ada sekarang database cuaca warisan Belanda," kata Tigor Nauli, Kepala Pusat Penelitian Informatika LIPI Bandung di Kantor Kecamatan Cilengkrang, Bandung, Jawa Barat, Jumat (14/8), tempat alat ini berada.
Menurut Elli A Gojali, peneliti bidang komputer LIPI, alat yang bahkan belum dimiliki BMKG ini berbeda dengan alat pengukur curah hujan sebelumnya. Bedanya, dulu menggunakan gelas ukur sehingga tidak bisa disambungkan ke alat elektronik. "Tiap pagi orang mengambil gelas ukur itu dan mengukurnya," ungkapnya.
Alat yang dengan investasi Rp 10 juta ini memiliki dua bejana kecil. Keduanya akan berjungkit-jungkit ketika ada air yang masuk. Gerakan inilah yang menghasilkan pulsa elektrik. Kemudian, pulsa elektrik ini lewat interface dikirim ke server. "Dari situ, orang sudah bisa mengakses data curah hujan per milimeter. Orang bisa melihat data real time per 3 menit," tandasnya.
Data ini sangat berguna karena daerah Cilengkrang merupakan daerah hulu. Selama ini, kalau Cilengkrang hujan deras, daerah hilirnya berpotensi besar banjir. "Yang berpotensi kena banjir kalau di sini hujan adalah Gedebage Bandung Timur. Kalau grafik sudah menunjukkan data di atas 50 milimeter, mereka sudah siap-siap," katanya.
Adapun stasiun pengukur curah hujan ini, lanjut Tigor, terdiri dari sensor curah hujan berstandar World Meteorological Organization (WMO), dua interface pengubah sinyal, jalur komunikasi, dan software pengendali berbasis open source. "Ke depan kami akan mengembangkan sensor yang lain dan jalur komunikasinya menggunakan wireless supaya bisa dipasang di perkebunan. Sekarang masih memakai kabel," papar Tigor.
Dengan tambahan alat tersebut dan penambahan beberapa APCH, kita bisa membuat stasiun cuaca kecil. Dengan demikian, tambah Tigor, bukan hanya curah hujan yang bisa diukur, tetapi juga suhu, kelembaban, dan kecepatan angin. "Sehingga kemungkinan terjadinya banjir, perubahan suhu, kapan periode suatu daerah itu kering atau basah, dan lain-lain sudah bisa kita prediksi. Kalau sudah begini, kita sudah berkembang ke Sistem Informasi Cuaca," harap Tigor.
Kompas (14 Agustus 2009)
Search This Blog
Tuesday, August 18, 2009
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Paling banyak di baca
-
Bulan-bulan lalu saya resah karena pipinya Wafi kata orang sunda kena "sekat" atau disebut juga ruam susu, katanya sii itu bek...
-
lAlhamdulillaah tak terasa Aa adhi udah mau ke SMP lagi. Binging juga mau diterusin kemana.yang past pilihannya harus yang seimbang antara i...
-
Merujuk dengan sebuah haditts : “ Ajarkanlah anak-anakmu memanah, berenang dan menunggang kuda” (HR. Ahmad). hhhmmm..... yang baru bisa diam...
-
BAB III Ettiika dan Kettenttuan dallam Teknollogii IInfforrmasii & Komuniikasii Etika berasal dari bahasa Yunani ethikos yang be...
-
BAB IIII Fungsi dan Proses Kerja Perrallattan Teknollogii IInfforrmasii dan Komuniikasii A. Definisi Teknologi Informasi...
-
BAB IV Mengenall Siisttem Operrasii Liinux A. Pengertian Sistem Operasi Seperti kita bahas sebelumnya, di dalam sistem komp...
-
BAB I Dasarr--dasarr Pengoperrasiian Komputterr Pengenalan komputer bertujuan agar user atau pengguna komputer dapat menggunakan ...
-
Ujian Akhir Semester Aa adhi sudah hampir dua minggu berlalu tetapi belum selesai, karena masih ada ujian lisan kepesantrenan. Salah sat...
-
Alhamdulillaah akhirnya tunjangan fungsional Guru DEPAG hari ini cair....jadi terharu juga .... walaupundari segi nilai rupiah tidak besar.....
No comments:
Post a Comment
Silahkan Tulis komentar anda tentang posting ini