Search This Blog

Tuesday, August 18, 2009

Telephone anti Sadap

Masih ingat kasus penyadapan percakapan telefon antara Presiden (kala itu) BJ Habibie dengan Jaksa Agung Andi M. Galib yang amat sensasional di awal masa reformasi? Kasus ini membukakan mata, betapa mudahnya pesawat telefon para politisi atau orang-orang tertentu disadap untuk suatu kepentingan.

Kasus yang menghebohkan itu memunculkan ide untuk mengembangkan suatu perangkat anti sadap telefon. Permintaan untuk membuat anti sadap telefon atau telefon scrambler ini datang ke Pusat Penelitian Informatika LIPI di Jl. Sangkuriang Bandung. Yang meminta agar telefon scrambler ini dibuat adalah Dinas Penelitiang dan Pengembangan (Dislitbang) Angkatan Laut dan Lembaga Sandi Negara.

Menurut Kepala Puslit Informatika LIPI, Dr. Ir. E. Koswara N., M.Sc., perangkat anti sadap telefon yang ada saat ini adalah buatan luar negeri dengan harga yang terbilang mahal. Biasanya peralatan seperti ini digunakan dikalangan militer, namun seiring perkembangan jaman, peralatan anti sadap telefon kini digunakan juga dilingkungan pemerintahan atau di dunia bisnis yang ingin menjaga kerahasiaan pembicaraan bisnisnya.

Menjawab kebutuhan itu, Puslit Informatika LIPI bersama Dislitbang AL mulai mengembangkan telefon scrambler pada akhir 2001. Untuk membuat telefon scrambler ini para peneliti di LIPI mulai mencari komponen elektronika yang dibutuhkan di dalam negeri.

Perangkat telefon scrambler ini terdiri dari sebuah kotak berukuran 30 cm x 25 cm. Pesawat telefon yang akan 'diamankan' dari penyadapan tinggal dihubungkan dengan kotak itu.

Prinsip kerja alat ini, kata Kepala Bidang Komputer Puslit LIPI, Elan Djaelani dan Peneliti Bidang Komputer Puslit LIPI Elli A. Gojali didasarkan pada pengacakan spektrum frekuensi suara. Suara yang masuk melalui telefon akan 'diolah' di dalam kotak anti sadap tadi dengan cara mengacak spektrum frekuensi suara tersebut sehingga si penguping tidak akan paham apa yang sedang dibicarakan 'korbannya'.

Jika sang penguping tadi bingung mendengar suara percakapan, tidak demikian halnya dengan lawan bicara resmi. Pesawat anti sadap itu akan menyusun kembali frekuensi suara yang tadi diacak sehingga kembali ke suara asalnya. Sebab itu, lawan bicara akan tetap menerima suara dengan frekuensi yang benar.

Sistem pengacakan frekuensi suara itu menggunakan algoritme yang sulit ditebak oleg si penguping. Kalaupun akhirnya bisa ditebak, menurut Elli, paling tidak butuh waktu cukup lama karena setidaknya ada 32 mode yang diacak oleh prosesor alat ini.

Pesawat telefon yang dipasang alat anti sadap ini, menurut Ellan, bisa berfungsi dalam dua mode. Yaitu mode biasa, untuk perbincangan tanpa pengacakan (tanpa anti sadap) atau mode scrambler.

Untuk mengaktifkan anti sadap, pemakai tinggal memijit lambang pagar dua kali pada pesawat telefonnya. Namun tentunya, lawan yang diajak bicarapun harus dilengkapi peralatan serupa, sehingga ketika satu pihak mengaktifkan anti sadapnya, secara otomatis lawan bicarapun akan aman dari penyadapan.

Dibanding anti sadap telefon buatan luar negeri, anti sadap produksi LIPI ini memiliki sejumlah keunggulan. Selain harga yang lebih murah, keamanan dan kerahasiaan pemakai jelas akan lebih terjamin karena sistem algoritme pengacakan yang digunakan tidak akan diketahui pihak asing.

Logikanya, jika memakai produksi luar negeri maka kode algoritme pengacakannya juga akan diketahui pihak asing yang membuat alat tersebut. Sehingga amat rentan manakala ada pihak asing yang berniat membobol pembicaraan rahasia kliennya.

Misalnya saja, jika presiden atau para petinggi politik kita menggunakan alat anti sadap buatan luar negeri, bukannya tak mungkin kerahasiaan pembicaraan mudah dibongkar karena kode-kode algoritmenya mereka yang mengetahui.

Kini telefon scrambler yang selesai dibuat akhir 2002 itu sudah diujicobakan dilingkungan LIPI dan Angkatan Laut dengan hasil memuaskan. Kalaupun ada kekurangan, itu hanyalah pada penurunan kualitas suara yang terdengar oleh lawan bicara.

Menurut Dr. Koswara, beberapa pihak sudah menyatakan ketertarikannya dengan anti sadap telefon buatan LIPI ini. Bahkan Angkatan Darat sudah menanyakan harga pesawat ini.

LIPI sendiri, lanjut Dr. Koswara, sudah siap menerima pesanan. Namun untuk membuat produksi massal, LIPI masih sedang mencari sumber pembiayaan. Di sisi lain, produk ini masih belum dipatenkan.

"Tentunya untuk produksi massal, kita akan lihat kebutuhannya. Sebab peralatan seperti ini biasanya tidak dibutuhkan untuk publik atau rumah tangga tetapi oleh instansi-instansi tertentu seperti kalangan militer, pemerintahan atau mereka yang bergelut dibidang bisnis," kata Ellan.

Sejauh ini, alat anti sadap telepon ini baru bisa digunakan untuk mengacak suara, belum bisa digunakan untuk mengacak teks. Namun itupun baru bisa diterapkan pada fix telepon, belum pada handphone.

Ke depan, lanjut Elli, LIPI akan mengembangkan alat ini untuk interphase (radio komunikasi) yang biasa digunakan polisi atau tentara. "Kami sedang mencoba mendesainnya karena sudah ada permintaan untuk radio komunikasi militer," tambahnya.

Kalaupun nantinya telefon scrambler ini jadi diproduksi massal, pola pengacakan dalam setiap alat tidak akan sama. Bahkan pemilik alat bisa mengubah sendiri algoritmenya sehingga kerahasiaan mereka tetap terjamin.

Jika alat ini jadi diproduksi massal, para elit politik atau kalangan bisnismen bakalan bisa tenang ngobrol tanpa khawatir ada yang bisa 'nguping' pembicaraan mereka, seperti yang pernah menimpa senior mereka BJ Habibie dan Andi M. Galib. (Ifa/PR). ***

Sumber : Pikiran Rakyat (20 Maret 2003)

No comments:

Post a Comment

Silahkan Tulis komentar anda tentang posting ini

Paling banyak di baca